HAJITOTO – Panduan Lengkap Cara Qadha Shalat, Berikut Ketentuan, Tata Cara, dan Manfaatnya

Ilustrasi salat, sujud, ibadah

Liputan6.com, Jakarta Shalat merupakan kewajiban utama bagi setiap Muslim yang tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apa pun, kecuali terdapat alasan syar’i yang dibenarkan. Namun, dalam realitas kehidupan, tak jarang seseorang terlewat atau meninggalkan shalat karena kelalaian, sakit, atau kondisi tertentu. Dalam Islam, masih terbuka jalan untuk menebus kekurangan tersebut melalui qadha shalat, yakni mengganti shalat yang telah ditinggalkan di waktu lain.

Meskipun konsep qadha shalat telah dikenal luas, banyak umat Muslim yang belum memahami secara utuh tentang ketentuan dan tata caranya. Apakah semua shalat bisa diqadha? Kapan waktu yang tepat untuk melakukannya? Bagaimana niat dan pelaksanaannya? Semua pertanyaan ini penting untuk dipahami agar pelaksanaan qadha shalat tidak hanya sah secara syariat, tetapi juga membawa ketenangan batin bagi pelakunya.

Artikel ini hadir sebagai panduan lengkap bagi Anda yang ingin memahami lebih dalam tentang qadha shalat. Di dalamnya akan dibahas secara rinci mulai dari landasan hukum, tata cara pelaksanaan, hingga manfaat spiritual yang bisa diraih. Dengan memahami panduan ini, diharapkan setiap Muslim dapat menjalankan ibadah dengan lebih sempurna dan tidak membiarkan kelalaian masa lalu menghalangi kedekatannya dengan Allah SWT. Berikut selengkapnya:


2 dari 12 halaman

Pengertian Qadha Shalat

Qadha shalat adalah pelaksanaan ibadah shalat wajib yang dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan sebagai pengganti shalat yang terlewatkan. Istilah “qadha” berasal dari bahasa Arab yang berarti mengganti atau melaksanakan kembali. Dalam konteks ibadah shalat, qadha merujuk pada tindakan mengganti shalat fardhu yang tidak dilaksanakan pada waktunya karena berbagai alasan yang dibenarkan oleh syariat.

Konsep qadha shalat didasarkan pada pemahaman bahwa kewajiban shalat tidak gugur hanya karena waktunya telah berlalu. Sebaliknya, umat Muslim tetap bertanggung jawab untuk melaksanakan shalat yang terlewat, meskipun di luar waktu yang seharusnya. Hal ini mencerminkan pentingnya shalat sebagai tiang agama dan kewajiban utama seorang Muslim.

Penting untuk dipahami bahwa qadha shalat bukan berarti memberikan keleluasaan untuk sengaja meninggalkan shalat. Sebaliknya, ini adalah bentuk rahmat dan kemudahan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang karena alasan tertentu tidak dapat melaksanakan shalat pada waktunya.

3 dari 12 halaman

Hukum Qadha Shalat

Hukum melaksanakan qadha shalat adalah wajib bagi setiap Muslim yang meninggalkan shalat fardhu karena alasan yang dibenarkan syariat. Kewajiban ini didasarkan pada berbagai dalil dari Al-Quran, hadits, dan ijma’ (konsensus) para ulama. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai hukum qadha shalat:

1. Dalil Al-Quran

Meskipun tidak ada ayat Al-Quran yang secara eksplisit menyebutkan tentang qadha shalat, para ulama mengambil dalil dari ayat-ayat yang memerintahkan untuk menegakkan shalat, seperti dalam Surah An-Nisa ayat 103:

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Ayat ini menunjukkan bahwa shalat memiliki waktu-waktu tertentu. Namun, jika seseorang tidak dapat melaksanakannya pada waktu tersebut karena alasan yang dibenarkan, maka kewajiban itu tidak gugur begitu saja.

2. Dalil Hadis

Terdapat beberapa hadits yang menjadi landasan hukum qadha shalat, di antaranya:

Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa lupa melaksanakan shalat atau tertidur hingga melewatkan waktu shalat, maka hendaklah ia melaksanakannya ketika ingat. Tidak ada kafarat (tebusan) baginya kecuali itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini secara jelas menunjukkan kewajiban mengqadha shalat yang terlewat karena lupa atau tertidur.

3. Ijma’ Ulama

Para ulama telah bersepakat (ijma’) bahwa mengqadha shalat yang terlewat karena uzur syar’i (alasan yang dibenarkan syariat) adalah wajib. Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum mengqadha shalat yang ditinggalkan dengan sengaja.

4. Perbedaan Pendapat Ulama

Meskipun ulama sepakat tentang wajibnya mengqadha shalat yang terlewat karena uzur, terdapat perbedaan pendapat mengenai shalat yang ditinggalkan dengan sengaja:

  • Mayoritas ulama (jumhur) berpendapat bahwa shalat yang ditinggalkan dengan sengaja tetap wajib diqadha. Mereka berargumen bahwa jika shalat yang terlewat karena uzur saja wajib diqadha, maka yang ditinggalkan dengan sengaja lebih wajib lagi untuk diqadha.
  • Sebagian ulama, termasuk Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim, berpendapat bahwa shalat yang ditinggalkan dengan sengaja tidak bisa diqadha. Menurut mereka, orang tersebut harus bertaubat dan memperbanyak amalan sunnah.

Terlepas dari perbedaan pendapat ini, yang pasti adalah bahwa seorang Muslim tidak boleh dengan sengaja meninggalkan shalat, dan jika terpaksa meninggalkannya karena alasan yang dibenarkan, maka wajib mengqadhanya.

4 dari 12 halaman

Tata Cara Qadha Shalat

Tata cara melaksanakan qadha shalat pada dasarnya sama dengan shalat fardhu biasa. Perbedaan utamanya terletak pada niat dan waktu pelaksanaannya. Berikut langkah-langkah detail dalam melaksanakan qadha shalat:

1. Persiapan

Sebelum memulai qadha shalat, pastikan Anda telah memenuhi syarat-syarat shalat seperti:

  • Bersuci (wudhu atau tayammum jika tidak ada air)
  • Menutup aurat
  • Menghadap kiblat
  • Memastikan tempat shalat bersih dan suci

2. Niat

Niat adalah kunci dari ibadah. Untuk qadha shalat, niatkan di dalam hati untuk melaksanakan shalat fardhu yang terlewat. Misalnya, jika Anda mengqadha shalat Subuh, niatkan: “Saya berniat melaksanakan shalat fardhu Subuh qadha karena Allah Ta’ala.”

3. Takbiratul Ihram

Angkat kedua tangan sejajar telinga dan ucapkan “Allahu Akbar”.

4. Bacaan Pembuka

Baca do’a iftitah seperti biasa.

5. Membaca Surah Al-Fatihah

Bacalah Surah Al-Fatihah dengan tartil.

6. Membaca Surah atau Ayat Al-Quran

Setelah Al-Fatihah, bacalah surah atau ayat Al-Quran lainnya.

7. Ruku’

Lakukan ruku’ seperti biasa dengan membaca tasbih ruku’.

8. I’tidal

Bangkit dari ruku’ dan berdiri tegak.

9. Sujud

Lakukan dua kali sujud seperti biasa.

10. Duduk di Antara Dua Sujud

Lakukan duduk di antara dua sujud seperti biasa.

11. Tasyahud

Pada rakaat terakhir, lakukan tasyahud awal (jika shalat lebih dari dua rakaat) dan tasyahud akhir.

12. Salam

Akhiri shalat dengan salam ke kanan dan ke kiri.

Catatan Penting:

  • Jumlah rakaat dan gerakan qadha shalat sama persis dengan shalat fardhu yang diqadha.
  • Jika mengqadha beberapa shalat sekaligus, lakukan secara berurutan sesuai waktu shalat yang terlewat.
  • Untuk shalat yang biasanya dibaca keras (jahr) seperti Subuh, Maghrib, dan Isya, tetap dibaca keras meskipun diqadha di siang hari. Begitu pula sebaliknya untuk shalat yang biasanya dibaca lirih (sirr).
5 dari 12 halaman

Niat Qadha Shalat

Niat merupakan aspek krusial dalam pelaksanaan ibadah, termasuk qadha shalat. Niat berfungsi untuk membedakan antara ibadah dan kebiasaan, serta menentukan jenis ibadah yang dilakukan. Dalam konteks qadha shalat, niat menjadi pembeda antara qadha shalat dengan shalat fardhu biasa atau shalat sunnah. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai niat qadha shalat:

Prinsip Dasar Niat Qadha Shalat

Niat qadha shalat pada dasarnya sama dengan niat shalat fardhu biasa, dengan tambahan kata “qadha” atau “mengganti” dalam hati. Yang terpenting adalah adanya kesengajaan untuk melaksanakan shalat fardhu tertentu sebagai pengganti shalat yang terlewat.

Lafaz Niat Qadha Shalat

Meskipun niat cukup dilakukan dalam hati, berikut adalah contoh lafaz niat qadha shalat untuk setiap waktu shalat:

  1. Niat Qadha Shalat Subuh:

    “Ushallii fardash-shubhi rak’ataini qadha’an lillaahi ta’aalaa”

    Artinya: “Saya niat shalat fardhu Subuh dua rakaat, qadha karena Allah Ta’ala”

  2. Niat Qadha Shalat Dzuhur:

    “Ushallii fardhazh-zhuhri arba’a raka’aatin qadha’an lillaahi ta’aalaa”

    Artinya: “Saya niat shalat fardhu Dzuhur empat rakaat, qadha karena Allah Ta’ala”

  3. Niat Qadha Shalat Ashar:

    “Ushallii fardhal-‘ashri arba’a raka’aatin qadha’an lillaahi ta’aalaa”

    Artinya: “Saya niat shalat fardhu Ashar empat rakaat, qadha karena Allah Ta’ala”

  4. Niat Qadha Shalat Maghrib:

    “Ushallii fardhal-maghribi tsalaatsa raka’aatin qadha’an lillaahi ta’aalaa”

    Artinya: “Saya niat shalat fardhu Maghrib tiga rakaat, qadha karena Allah Ta’ala”

  5. Niat Qadha Shalat Isya:

    “Ushallii fardhal-‘isyaa’i arba’a raka’aatin qadha’an lillaahi ta’aalaa”

    Artinya: “Saya niat shalat fardhu Isya empat rakaat, qadha karena Allah Ta’ala”

Hal-hal Penting Terkait Niat Qadha Shalat

  • Niat harus dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram.
  • Tidak perlu menyebutkan tanggal atau hari shalat yang diqadha.
  • Jika mengqadha beberapa shalat sekaligus, cukup niat untuk masing-masing shalat saat akan melaksanakannya.
  • Niat dalam hati sudah cukup, tidak harus dilafalkan dengan lisan.

Perbedaan Pendapat Ulama

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai keharusan menyebutkan “qadha” dalam niat:

  • Sebagian ulama berpendapat bahwa cukup niat melaksanakan shalat fardhu tertentu, tanpa harus menyebutkan “qadha”.
  • Ulama lain berpendapat bahwa menyebutkan “qadha” dalam niat adalah wajib untuk membedakannya dengan shalat ada’ (tepat waktu).

Untuk kehati-hatian, sebaiknya menyertakan kata “qadha” dalam niat, meskipun cukup dalam hati.

6 dari 12 halaman

Waktu Pelaksanaan Qadha Shalat

Waktu pelaksanaan qadha shalat memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan shalat fardhu biasa. Namun, ada beberapa ketentuan dan rekomendasi yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa qadha shalat dilaksanakan dengan cara yang paling optimal. Berikut penjelasan rinci mengenai waktu pelaksanaan qadha shalat:

Prinsip Dasar

Pada dasarnya, qadha shalat dapat dilaksanakan kapan saja di luar waktu-waktu yang dilarang untuk shalat. Prinsip utamanya adalah melaksanakan qadha shalat sesegera mungkin setelah teringat atau mampu melakukannya.

Waktu-waktu yang Dianjurkan

  1. Segera setelah teringat atau mampu

    Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa lupa melaksanakan shalat atau tertidur hingga melewatkan waktu shalat, maka hendaklah ia melaksanakannya ketika ingat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  2. Di waktu yang sama pada hari berikutnya

    Misalnya, jika terlewat shalat Dzuhur hari ini, dapat diqadha pada waktu Dzuhur keesokan harinya setelah melaksanakan shalat Dzuhur yang wajib.

  3. Pada waktu luang

    Memilih waktu di mana seseorang memiliki ketenangan dan konsentrasi yang baik untuk beribadah.

Waktu-waktu yang Dilarang

Meskipun qadha shalat memiliki fleksibilitas waktu, ada beberapa waktu yang dilarang untuk melaksanakan shalat, termasuk qadha shalat:

  1. Saat matahari terbit, hingga naik sekitar satu tombak (sekitar 20 menit setelah terbit)
  2. Saat matahari tepat di atas kepala (waktu istiwa), hingga condong ke barat
  3. Saat matahari menguning hingga terbenam
  4. Setelah shalat Subuh hingga matahari terbit
  5. Setelah shalat Ashar hingga matahari terbenam

Urutan Pelaksanaan

Jika seseorang memiliki beberapa shalat yang harus diqadha, dianjurkan untuk melaksanakannya sesuai urutan waktu shalat yang terlewat. Misalnya, jika terlewat shalat Dzuhur dan Ashar, maka qadha Dzuhur dilakukan terlebih dahulu, baru kemudian Ashar.

Prioritas antara Qadha Shalat dan Shalat Waktu

  • Jika waktu shalat fardhu saat ini masih luas, dianjurkan untuk mendahulukan qadha shalat.
  • Jika waktu shalat fardhu saat ini sempit dan dikhawatirkan akan terlewat jika mendahulukan qadha, maka shalat waktu harus didahulukan.

Qadha Shalat dalam Jumlah Banyak

Bagi mereka yang memiliki tanggungan qadha shalat dalam jumlah banyak (misalnya, karena baru masuk Islam atau baru menyadari kewajiban shalat), dapat mengatur strategi sebagai berikut:

  • Menetapkan target harian untuk jumlah shalat yang akan diqadha.
  • Memanfaatkan waktu-waktu luang seperti hari libur untuk melaksanakan qadha lebih banyak.
  • Tidak menunda-nunda dan konsisten dalam melaksanakan qadha hingga semua tanggungan terlunasi.
7 dari 12 halaman

Syarat Sah Qadha Shalat

Qadha shalat, sebagai pengganti shalat fardhu yang terlewat, memiliki syarat-syarat sah yang harus dipenuhi agar ibadah tersebut diterima oleh Allah SWT. Syarat-syarat ini pada dasarnya sama dengan syarat sah shalat fardhu biasa, dengan beberapa tambahan khusus. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai syarat sah qadha shalat:

1. Syarat Umum Shalat

Syarat-syarat umum yang berlaku untuk semua jenis shalat, termasuk qadha shalat:

  • Islam: Pelaku shalat harus seorang Muslim.
  • Baligh: Sudah mencapai usia dewasa menurut syariat.
  • Berakal: Memiliki akal sehat dan kesadaran penuh.
  • Suci dari hadats besar dan kecil: Telah berwudhu atau mandi wajib jika diperlukan.
  • Menutup aurat: Memakai pakaian yang menutup aurat sesuai ketentuan syariat.
  • Menghadap kiblat: Posisi badan menghadap ke arah Ka’bah.
  • Masuknya waktu shalat: Untuk qadha shalat, syarat ini diganti dengan niat mengqadha shalat tertentu.
  • Mengetahui bahwa shalat itu fardhu: Memahami bahwa shalat yang diqadha adalah shalat wajib.
  • Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis.

2. Syarat Khusus Qadha Shalat

Selain syarat umum di atas, ada beberapa syarat khusus untuk qadha shalat:

  • Niat Qadha: Harus ada niat khusus untuk mengqadha shalat tertentu yang terlewat.
  • Urutan (Tartib): Sebaiknya melaksanakan qadha shalat sesuai urutan waktu shalat yang terlewat, meskipun ada perbedaan pendapat ulama tentang kewajibannya.
  • Segera (Faur): Dianjurkan untuk segera melaksanakan qadha shalat setelah teringat atau mampu, meskipun tidak wajib dilakukan seketika itu juga.

3. Hal-hal yang Membatalkan Qadha Shalat

Hal-hal yang membatalkan qadha shalat sama dengan yang membatalkan shalat fardhu biasa, antara lain:

  • Berbicara dengan sengaja
  • Makan atau minum dengan sengaja
  • Bergerak banyak di luar gerakan shalat
  • Tertawa
  • Berhadas
  • Terbukanya aurat
  • Mengubah niat
  • Membelakangi kiblat

4. Perbedaan Pendapat Ulama

Terdapat beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai syarat sah qadha shalat, antara lain:

  • Tartib (urutan): Sebagian ulama mewajibkan pelaksanaan qadha shalat sesuai urutan, sementara yang lain menganggapnya sunnah.
  • Faur (segera): Ada yang berpendapat bahwa qadha shalat harus dilakukan segera setelah teringat, sementara yang lain membolehkan penundaan selama masih ada niat untuk melaksanakannya.
  • Jumlah maksimal shalat yang boleh diqadha dalam satu waktu: Beberapa ulama membatasi jumlah shalat yang boleh diqadha dalam satu waktu, sementara yang lain tidak membatasi.
8 dari 12 halaman

Manfaat Melaksanakan Qadha Shalat

Melaksanakan qadha shalat bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi juga membawa berbagai manfaat bagi seorang Muslim, baik secara spiritual maupun praktis. Berikut penjelasan rinci mengenai manfaat melaksanakan qadha shalat:

1. Manfaat Spiritual

  • Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

    Dengan melaksanakan qadha shalat, seorang Muslim menunjukkan kesungguhannya dalam beribadah dan memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT.

  • Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Shalat

    Proses mengqadha shalat yang terlewat dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya shalat dalam kehidupan seorang Muslim.

  • Membersihkan Dosa

    Qadha shalat dapat menjadi sarana untuk membersihkan dosa, terutama dosa karena kelalaian dalam melaksanakan shalat tepat waktu.

  • Meningkatkan Rasa Syukur

    Kesempatan untuk mengqadha shalat adalah bentuk rahmat Allah SWT, yang dapat meningkatkan rasa syukur seorang hamba.

2. Manfaat Psikologis

  • Mengurangi Rasa Bersalah

    Melaksanakan qadha shalat dapat mengurangi rasa bersalah karena telah meninggalkan kewajiban shalat.

  • Meningkatkan Kedisiplinan

    Komitmen untuk mengqadha shalat yang terlewat dapat meningkatkan kedisiplinan dalam beribadah secara umum.

  • Melatih Kesabaran

    Proses mengqadha shalat, terutama jika jumlahnya banyak, dapat melatih kesabaran dan ketekunan seorang Muslim.

  • Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab

    Kesadaran untuk mengganti shalat yang terlewat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban agama.

3. Manfaat Praktis

  • Memenuhi Kewajiban yang Terlewat

    Qadha shalat memungkinkan seorang Muslim untuk memenuhi kewajibannya yang terlewat, sehingga tidak ada “hutang” ibadah yang tertinggal.

  • Meningkatkan Kualitas Ibadah

    Proses mengqadha shalat dapat menjadi momen untuk memperbaiki kualitas shalat secara keseluruhan.

  • Menjaga Keseimbangan Hidup

    Dengan melaksanakan qadha shalat, seorang Muslim menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.

  • Membentuk Kebiasaan Baik

    Konsistensi dalam mengqadha shalat dapat membentuk kebiasaan baik untuk selalu menjaga shalat tepat waktu di masa depan.

4. Manfaat Sosial

  • Menjadi Teladan

    Kesungguhan dalam mengqadha shalat dapat menjadi teladan bagi keluarga dan lingkungan sekitar.

  • Meningkatkan Kesadaran Komunitas

    Praktik qadha shalat dapat meningkatkan kesadaran komunitas Muslim akan pentingnya menjaga shalat.

  • Menguatkan Ikatan Sosial

    Saling mengingatkan dan mendukung dalam melaksanakan qadha shalat dapat menguatkan ikatan sosial dalam komunitas Muslim.

5. Manfaat Jangka Panjang

  • Persiapan Akhirat

    Melaksanakan qadha shalat adalah bentuk persiapan untuk kehidupan akhirat, memastikan tidak ada kewajiban yang tertinggal.

  • Meningkatkan Kualitas Hidup

    Kedisiplinan dalam beribadah, termasuk mengqadha shalat, dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

  • Membentuk Karakter

    Konsistensi dalam melaksanakan qadha shalat dapat membentuk karakter yang kuat dan bertanggung jawab.

9 dari 12 halaman

Perbedaan Qadha Shalat dan Shalat Biasa

Meskipun qadha shalat dan shalat biasa (shalat ada’) memiliki tujuan yang sama yaitu beribadah kepada Allah SWT, terdapat beberapa perbedaan penting antara keduanya. Memahami perbedaan ini penting untuk memastikan pelaksanaan ibadah yang benar dan sesuai dengan syariat. Berikut penjelasan rinci mengenai perbedaan antara qadha shalat dan shalat biasa:

1. Waktu Pelaksanaan

Shalat Biasa:

  • Dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan syariat untuk masing-masing shalat fardhu.
  • Memiliki batasan waktu yang jelas, dari awal waktu hingga akhir waktu untuk setiap shalat.

Qadha Shalat:

  • Dapat dilaksanakan di luar waktu yang ditentukan untuk shalat tersebut.
  • Memiliki fleksibilitas waktu, bisa dilakukan kapan saja selama tidak pada waktu-waktu yang dilarang untuk shalat.

2. Niat

Shalat Biasa:

  • Niat untuk melaksanakan shalat fardhu tertentu pada waktunya.
  • Contoh: “Saya berniat shalat fardhu Dzuhur empat rakaat karena Allah Ta’ala”

Qadha Shalat:

  • Niat harus mencakup maksud untuk mengganti (qadha) shalat yang terlewat.
  • Contoh: “Saya berniat shalat fardhu Dzuhur empat rakaat, qadha karena Allah Ta’ala”

3. Urutan Pelaksanaan

Shalat Biasa:

  • Dilaksanakan sesuai urutan waktu shalat dalam sehari (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya).
  • Tidak ada kewajiban untuk memperhatikan urutan shalat hari-hari sebelumnya.

Qadha Shalat:

  • Dianjurkan untuk dilaksanakan sesuai urutan shalat yang terlewat, meskipun ada perbedaan pendapat ulama tentang kewajibannya.
  • Jika ada beberapa shalat yang terlewat, sebaiknya diqadha sesuai urutan terlewatnya.

4. Keutamaan

Shalat Biasa:

  • Memiliki keutamaan yang lebih besar karena dilaksanakan tepat pada waktunya.
  • Merupakan bentuk ketaatan langsung terhadap perintah Allah SWT untuk shalat pada waktu-waktu tertentu.

Qadha Shalat:

  • Meskipun tetap bernilai ibadah, keutamaannya tidak sebesar shalat yang dilaksanakan tepat waktu.
  • Merupakan bentuk “perbaikan” atas kelalaian atau ketidakmampuan melaksanakan shalat pada waktunya.

5. Hukum Pelaksanaan

Shalat Biasa:

  • Wajib dilaksanakan bagi setiap Muslim yang baligh dan berakal pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
  • Meninggalkannya tanpa alasan yang dibenarkan syariat adalah dosa besar.

Qadha Shalat:

  • Wajib dilaksanakan bagi mereka yang meninggalkan shalat karena alasan yang dibenarkan syariat (seperti lupa atau tertidur).
  • Ada perbedaan pendapat ulama tentang kewajiban qadha bagi yang meninggalkan shalat dengan sengaja.

6. Bacaan dan Gerakan

Shalat Biasa:

  • Bacaan dan gerakan sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing waktu shalat.
  • Bacaan jahr (keras) dan sirr (lirih) sesuai dengan waktu shalatnya.

Qadha Shalat:

  • Bacaan dan gerakan sama persis dengan shalat yang diqadha.
  • Ada perbedaan pendapat ulama tentang bacaan jahr dan sirr dalam qadha shalat, apakah mengikuti waktu asalnya atau waktu pelaksanaan qadha.

7. Konsekuensi Meninggalkan

Shalat Biasa:

  • Meninggalkannya tanpa alasan yang dibenarkan syariat adalah dosa besar.
  • Dapat mengakibatkan kewajiban qadha.

Qadha Shalat:

  • Meninggalkan qadha shalat berarti tetap memiliki tanggungan ibadah yang belum ditunaikan.
  • Sebagian ulama berpendapat bahwa meninggalkan qadha shalat dapat menambah beban dosa.
10 dari 12 halaman

5W1H Qadha Shalat

Untuk memahami qadha shalat secara komprehensif, kita dapat menggunakan pendekatan 5W1H (What, Who, When, Where, Why, How). Berikut penjelasan rinci mengenai qadha shalat berdasarkan pendekatan ini:

1. What (Apa)

Qadha shalat adalah pelaksanaan shalat wajib yang dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan sebagai pengganti shalat yang terlewat. Ini merupakan bentuk “penggantian” atau “pemenuhan kembali” kewajiban shalat yang tidak dapat dilaksanakan pada waktunya karena berbagai alasan.

Qadha shalat mencakup semua jenis shalat wajib lima waktu (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) yang terlewat. Pelaksanaannya sama persis dengan shalat yang diqadha dalam hal jumlah rakaat, bacaan, dan gerakan-gerakannya, dengan perbedaan utama pada niat dan waktu pelaksanaannya.

2. Who (Siapa)

Qadha shalat wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang baligh (dewasa menurut syariat) dan berakal yang meninggalkan shalat wajib karena alasan yang dibenarkan syariat. Ini termasuk:

  • Orang yang tertidur hingga melewatkan waktu shalat.
  • Orang yang lupa melaksanakan shalat pada waktunya.
  • Orang yang pingsan atau tidak sadarkan diri selama waktu shalat.
  • Wanita yang sedang haid atau nifas, yang akan mengqadha shalat yang terlewat sebelum atau sesudah masa haid/nifas.
  • Orang yang baru masuk Islam, yang akan mengqadha shalat-shalat yang terlewat sejak ia menyatakan keislamannya.

Untuk kasus orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kewajiban dan kemungkinan qadha shalatnya.

3. When (Kapan)

Waktu pelaksanaan qadha shalat memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan shalat wajib biasa. Qadha shalat dapat dilakukan:

  • Segera setelah seseorang teringat atau mampu melaksanakan shalat yang terlewat.
  • Kapan saja di luar waktu-waktu yang dilarang untuk shalat (seperti saat matahari terbit, tenggelam, atau tepat di atas kepala).
  • Sebelum atau sesudah melaksanakan shalat wajib yang sedang berlangsung waktunya, tergantung pada situasi dan jumlah shalat yang harus diqadha.

Meskipun ada fleksibilitas waktu, para ulama umumnya menganjurkan untuk segera melaksanakan qadha shalat tanpa menunda-nunda.

4. Where (Di mana)

Qadha shalat dapat dilaksanakan di mana saja, selama tempat tersebut memenuhi syarat-syarat tempat shalat yang sah, yaitu:

  • Tempat yang suci dan bersih dari najis.
  • Memungkinkan untuk menghadap kiblat.
  • Tempat yang memungkinkan pelaksanaan shalat dengan tenang dan khusyuk.

Qadha shalat bisa dilakukan di rumah, masjid, musholla, atau tempat lain yang memenuhi syarat-syarat tersebut. Tidak ada ketentuan khusus yang mengharuskan qadha shalat dilakukan di tempat tertentu.

5. Why (Mengapa)

Qadha shalat dilakukan karena beberapa alasan:

  • Untuk memenuhi kewajiban shalat yang terlewat dan tidak gugur hanya karena waktunya telah berlalu.
  • Sebagai bentuk tanggung jawab seorang Muslim terhadap kewajibannya kepada Allah SWT.
  • Untuk membersihkan diri dari “hutang” ibadah yang belum ditunaikan.
  • Sebagai bentuk penyesalan dan upaya memperbaiki kelalaian dalam melaksanakan shalat tepat waktu.
  • Untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari shalat yang dilaksanakan, meskipun di luar waktunya.

6. How (Bagaimana)

Cara melaksanakan qadha shalat pada dasarnya sama dengan pelaksanaan shalat wajib biasa, dengan beberapa perbedaan dan ketentuan khusus:

  • Niat: Harus ada niat khusus untuk mengqadha shalat tertentu yang terlewat.
  • Urutan: Sebaiknya dilakukan sesuai urutan shalat yang terlewat, meskipun ada perbedaan pendapat ulama tentang kewajibannya.
  • Jumlah rakaat dan gerakan: Sama persis dengan shalat yang diqadha.
  • Bacaan: Untuk shalat yang biasanya dibaca keras (jahr) seperti Subuh, Maghrib, dan Isya, tetap dibaca keras meskipun diqadha di siang hari, dan sebaliknya.
  • Waktu pelaksanaan: Bisa dilakukan kapan saja di luar waktu-waktu yang dilarang untuk shalat.
  • Berurutan atau sekaligus: Jika ada beberapa shalat yang harus diqadha, bisa dilakukan secara berurutan atau sekaligus dalam satu waktu, tergantung situasi dan kemampuan.

Dengan memahami qadha shalat melalui pendekatan 5W1H ini, diharapkan umat Muslim dapat lebih mengerti dan melaksanakan qadha shalat dengan benar sesuai dengan tuntunan syariat.

11 dari 12 halaman

FAQ Seputar Qadha Shalat

1. Apakah qadha shalat wajib dilakukan?

Jawaban: Ya, qadha shalat wajib dilakukan untuk shalat yang terlewat karena alasan yang dibenarkan syariat, seperti lupa atau tertidur. Para ulama sepakat bahwa kewajiban shalat tidak gugur hanya karena waktunya telah berlalu.

2. Bagaimana cara menghitung jumlah shalat yang harus diqadha?

Jawaban: Jumlah shalat yang harus diqadha sesuai dengan jumlah shalat yang terlewat. Jika seseorang yakin telah meninggalkan sejumlah shalat tertentu, maka itulah jumlah yang harus diqadha. Jika ragu, maka disarankan untuk mengambil jumlah yang lebih banyak sebagai bentuk kehati-hatian.

3. Apakah ada urutan tertentu dalam melakukan qadha shalat?

Jawaban: Sebaiknya qadha shalat dilakukan sesuai urutan shalat yang terlewat. Namun, jika seseorang lupa urutannya atau khawatir akan melewatkan shalat yang sedang berlangsung waktunya, maka boleh melakukan qadha shalat tidak berurutan.

4. Bolehkah melakukan qadha shalat secara berjamaah?

Jawaban: Ya, qadha shalat boleh dilakukan secara berjamaah, terutama jika ada sekelompok orang yang memiliki tanggungan qadha shalat yang sama.

5. Apakah ada waktu-waktu tertentu yang dilarang untuk melakukan qadha shalat?

Jawaban: Ya, ada beberapa waktu yang dilarang untuk melakukan shalat, termasuk qadha shalat, yaitu: saat matahari terbit hingga naik sekitar satu tombak, saat matahari tepat di atas kepala (waktu istiwa), dan saat matahari menguning hingga terbenam.

6. Bagaimana cara mengqadha shalat jika jumlahnya sangat banyak?

Jawaban: Jika jumlah shalat yang harus diqadha sangat banyak, dapat dilakukan secara bertahap dengan menetapkan target harian. Misalnya, mengqadha satu atau dua shalat setiap hari hingga semua tanggungan terlunasi.

7. Apakah qadha shalat bisa menggantikan keutamaan shalat tepat waktu?

Jawaban: Meskipun qadha shalat tetap bernilai ibadah, namun keutamaannya tidak sama dengan shalat yang dilakukan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, sebaiknya seorang Muslim selalu berusaha untuk melaksanakan shalat tepat waktu.

8. Bagaimana hukumnya jika seseorang meninggal dunia namun masih mem iliki tanggungan qadha shalat?

Jawaban: Jika seseorang meninggal dunia namun masih memiliki tanggungan qadha shalat, maka menurut sebagian ulama, ahli warisnya dapat melakukan fidyah (memberi makan orang miskin) sebagai pengganti qadha shalat tersebut. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kewajiban shalat adalah ibadah badaniyah yang tidak bisa digantikan oleh orang lain setelah kematian.

9. Apakah bacaan dalam qadha shalat harus dikeraskan atau dilirihkan?

Jawaban: Menurut mayoritas ulama, bacaan dalam qadha shalat mengikuti ketentuan shalat asalnya. Jika shalat yang diqadha adalah shalat yang bacaannya dikeraskan (seperti Subuh, Maghrib, dan Isya), maka bacaan dalam qadha shalat juga dikeraskan, meskipun dilakukan di siang hari. Begitu pula sebaliknya untuk shalat yang bacaannya dilirihkan.

10. Bolehkah melakukan qadha shalat di tempat yang berbeda dari tempat shalat seharusnya dilakukan?

Jawaban: Ya, qadha shalat boleh dilakukan di tempat mana saja, asalkan tempat tersebut memenuhi syarat-syarat tempat shalat yang sah (suci, bersih, dan memungkinkan untuk menghadap kiblat). Tidak ada keharusan untuk kembali ke tempat di mana shalat tersebut seharusnya dilakukan.

12 dari 12 halaman

Kesimpulan

Qadha shalat merupakan bentuk rahmat dan kemudahan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya dalam menunaikan kewajiban shalat yang terlewat. Meskipun idealnya shalat dilaksanakan tepat pada waktunya, namun syariat Islam memberikan jalan keluar bagi mereka yang karena alasan tertentu tidak dapat melaksanakan shalat pada waktunya.

Beberapa poin penting yang perlu diingat tentang qadha shalat:

  • Qadha shalat wajib dilakukan untuk shalat yang terlewat karena alasan yang dibenarkan syariat, seperti lupa atau tertidur.
  • Tata cara pelaksanaan qadha shalat sama dengan shalat fardhu biasa, dengan perbedaan utama pada niat dan waktu pelaksanaannya.
  • Qadha shalat sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah teringat atau mampu, meskipun ada fleksibilitas dalam waktu pelaksanaannya.
  • Meskipun qadha shalat memiliki nilai ibadah, namun keutamaannya tidak sama dengan shalat yang dilakukan tepat pada waktunya.
  • Ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai beberapa aspek qadha shalat, seperti urutan pelaksanaan dan hukum qadha shalat untuk shalat yang ditinggalkan dengan sengaja.

Dengan memahami konsep dan praktik qadha shalat dengan benar, diharapkan umat Muslim dapat lebih bertanggung jawab dalam menunaikan kewajiban shalatnya, baik yang tepat waktu maupun yang harus diqadha. Qadha shalat bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk penyesalan, upaya perbaikan diri, dan bukti kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT.

Penting untuk diingat bahwa meskipun qadha shalat diperbolehkan, namun hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk sengaja meninggalkan shalat. Setiap Muslim harus berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya, karena hal ini merupakan salah satu bentuk ketaatan dan kedisiplinan dalam beribadah.

Akhirnya, semoga pemahaman yang komprehensif tentang qadha shalat ini dapat membantu umat Muslim dalam meningkatkan kualitas ibadahnya dan menjaga hubungannya dengan Allah SWT. Wallahu a’lam bishawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *